Bahasa:
INDONESIA ENGLISH
BERANDA PETA SITUS PEMUTAKHIRAN Cari
 
 

 

 

 
     
 

KENDALI TAMPILAN CANTUMAN

PEMILIHAN UMUM

PRESIDEN-PRESIDEN RI

Soekarno
Masa Bakti 1945-1966
Soeharto
Masa Bakti 1966-1998
BJ. Habibie
Masa Bakti 1998-1999
Abdurrahman Wahid
Masa Bakti 1999-2001
Megawati Soekarnoputri
Masa Bakti 2001-2004
Susilo B. Yudhoyono
Masa Bakti 2004-2014
Joko Widodo
Masa Bakti 2014-

ISTANA-ISTANA PRESIDEN

 

DIREKTORI TOKOH POLITIK

Detail cantuman
< Kembali ke daftar >
Nama
:

Abdillah Toha

Gender
:

Laki-Laki

Tempat lahir
:

Solo, Jawa Tengah

Tanggal lahir
:

29-06-1942

Jabatan Partai
:

Anggota

Riwayat Hidup
:

Tempat Lahir: Solo
Tgl Lahir: 29-06-1942
Agama: Islam
Riwayat Pendidikan:
SMEAN II Solo

Universitas Gajah Mada

University of Western Australia
Riwayat Pekerjaan:
Ketua BKSAP DPR RI (2005-sekarang)

Anggota Komisi 1 DPR RI

Anggota DPR/MPR RI (2004-2009)

Ketua Fraksi PAN (2004-2007)

Direktur Executif Institute for Soc-Ec dan Pol Studies

Komisaris Utama Penerbit Mizan

Executif Comitte Inter Parliament Union (IPO) 2006-sekarang
Riwayat Organisasi:
Pendiri dan pengurus Yayasan RS Mata AINI

Pendiri dan Pengurus Pusat Pengembangan Agribisnis

Pendiri Yayasan AINI

Direktur Yayasan AINI

Direktur Eksekutif IN-EP

Ikatan Financial Eksekutif Indonesia

Ketua DPP PAN (2000-2005)

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Ikatan Pelajar Indonesia di Australia

Indoensia-Australia Association

Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)
Partai Amanat Nasional (PAN) patut bangga terhadap salah seorang kader partainya. Abdillah Toha adalah sosok politisi yang santun, tidak gampang terpancing emosinya, tidak meluap-luap dalam mengeluarkan pernyataan namun tetap konsisten dalam memperjuangkan idealismenya.

Abdillah Toha dikenal sebagai seorang politisi yang sangat tenang dalam menyampaikan ide dan buah pikiran. Ketika berucap, tutur katanya mengalir sederas air dengan pilihan kata yang tepat dan tersusun rapi meskipun tanpa teks.

Sikap seperti itulah yang semestinya dapat diteladani oleh para anggota DPR RI lainnya ketika menyampaikan pendapatnya ditengah perbedaan pendapat yang demikian tajam yang kerap kali terjadi dalam rapat-rapat di DPR. Oleh karena itu, sudah sepatutnya jika anggota lain dapat meneladani sikap politikus senior ini dalam mempertahankan pendapat tanpa emosi dan tetap konsisten sesuai dengan kebenaran yang diyakininya.

Di usia yang terbilang sangat matang dan sudah banyak merasakan pahit manisnya kehidupan, Ia pun bertekad pada dirinya untuk terus mengabdi dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Sehingga tidak heran jika suami dari Ning Salma, banyak disegani kawan dalam partai maupun lawan politiknya.

Alhamdulillah Allah SWT telah memberikan karunia yang tiada habis-habisnya untuk saya syukuri. Karena itu keinginan saya saat ini hanyalah ingin mengabdikan sisa hidup saya untuk mengabdi pada kepentingan bangsa dan negara,? kata pria yang berpostur tinggi besar ini dengan nada tegas.

Karena itu, Ketua BKSAP yang juga pernah dipercaya menjadi Ketua Fraksi PAN ini pantang menyerah memperjuangkan resolusi yang diusung DPR RI dalam sidang IPU ke-116 beberapa waktu di Denpasar, Bali. Tidak tanggung-tanggung, resolusi yang menegaskan perlawanan parlemen-parlemen dunia terhadap terorisme itu mendesak agar Amerika Serikat segera menarik mundur pasukan militernya dari Irak. Sebab, tindakan tersebut dinilai telah menyebabkan tumbuhnya gerakan terorisme secara signifikan.

Mata Abdillah nampak bersinar bahagia ketika menceritakan pengalamannya ketika mempimpin DPR RI yang sekaligus menjadi tuan rumah Sidang Inter Parliamentary Union (IPU) ke-116 beberapa waktu lalu di Bali. Rasa bangga atas keberhasilan tidak hanya dalam melaksanakan kegiatan Sidang Umum Internasional dengan lancar, tetapi juga saat Parlemen Indonesia dapat memasukan Emergency Item atau agenda tambahan mengenai Resolusi Terorisme.

Sesungguhnya agenda IPU yang dibahas pada Sidang Umum Internasional merupakan agenda yang telah ditentukan dan ditetapkan setahun sebelumnya. Berkat keuletan diplomasi parlemen yang dipimpinnya dapat menyakini parlemen negara lain yang pada akhirnya agenda tambahan tersebut dapat disetujui dan diterima.

Agenda tambahan ini bermula dari Indonesia, kemudian didukung Iran, India, dan Mexico. Dari kesamaan pandangan, akhirnya negara-negara tersebut bersatu guna meyakinkan parlemen lain bahwa usul resolusi parlemen lebih penting daripada agenda lainnya.

Keberhasilan terpenting dari agenda tambahan mengenai terorisme adalah dengan masuknya klausul penarikan mundur tentara Amerika Serikat dan sekutunya dari negara Irak. Menurut Abdillah, pendudukan Amerika Serikat atas Irak bukan mengurangi terorisme tetapi malah menimbulkan teroris-teroris baru. Selain itu, dampak yang jelas ditimbulkan adalah banyaknya rakyat Irak yang menjadi korban.

Penambahan klasul ini mendapat penentangan dari negara-negara Eropa?, ungkapnya.

Abdillah Toha adalah sosok dengan prinsip yang sangat teguh. Menurutnya bila kita mau kerja keras, kita sungguh-sungguh, kita punya prinsip, kita punya kepercayaan diri, dan kita memperjuangan sesuatu keyakinan itu benar maka kita akan berhasil.

Politikus dengan berlatar belakang keluarga businessman ini mengaku dari kesekian kali parleman Indonesia menjadi tuan rumah kegiatan international, dirinya merupakan satu-satunya orang di Indonesia yang berhasil diangkat menjadi anggota executive committee dari IPU. Untuk menjadi anggota executive committee, harus melalui debat dan melalui voting.

Saat ini dunia luar telah mengakui demokrasi di Indonesia luar biasa, kebebasan pers di Indonesia melebihi Amerika. Selain itu, Indonesia kini telah menjadi negara demokrasi terbesar ketiga dunia dibawah India dan Amerika.

Indonesia dengan penduduk Islam terbesar dapat melaksanakan demokrasi dengan baik dan ini menjadi contoh untuk negara lain. Buktinya adalah Indonesia telah melakukan dua kali pemilihan pimpinan dengan sangat demokrasi dan masyarakat pun semakin sadar akan pentingnya demokrasi. Inilah bukti keberhasilan dari diplomasi parlemen yang selalu didengungkan Abdillah Toha

Disamping rasa bangga terhadap keberhasilan diplomasi parlemen yang diusung dan diperjuangkannya ketika menjadi politikus, timbul rasa kecewa terhadap diplomasi pemerintah. Yaitu rasa kecewa dengan sikap diplomasi pemerintah saat mendukung Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1747 dalam kasus nuklir Iran.

Menurut Abdillah, Resolusi itu merupakan konspirasi besar dari negara-negara Imperialis yang dipimpin negara adi daya Amerika Serikat untuk melindungi kepentingan Amerika terutama jalur minyak dan melindungi Israel dan Pemerintah Indonesia telah menjadi korban kebohongan dan konspirasi.

Penasehat PAN itu mengingatkan, Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1747 hanyalah ambisi para pemegang veto agar kekuatan nuklir mereka tidak tersaingi. Ini hanyalah usaha untuk menghapus dan meniadakan setiap kekuatan di Timur Tengah yang dapat menghalangi hegemoni AS untuk menguasai minyak, melindungi Israel dan menguasai jalur strategi di kawasan itu dan Indonesia masuk dalam konspirasi besar itu.

Rasa kecewa disebabkan rasa malu seluruh masyarakat, baik eksekutif, legislatif dan tokoh-tokoh masyarakat telah mendukung kebijakan Iran dalam pengayaan uranium dalam pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri.

Disamping itu, rasa kecewa yang timbul dalam diri Abdillah juga disebabkan akibat pemerintah tidak menerapkan politik bebas aktif sebagai negara yang berdaulat dan merdeka seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan para pendahulu.

Seperti dalam konstitusi juga telah diarahkan bahwa politik luar negeri kita menyesuaikan dengan perkembangan dunia. Entah kita ini dibanyang-bayangi ketakutan, sehingga berpengaruh pada pembangunan perekonomian Indonesia?, ujarnya.

Namun dalam masalah ini, pria yang selalu berpenampilan santun, menghargai pelaku lobby kita yang muda dan pintar serta mempunyai prinsip, ?Semua itu tergantung pimpinan dalam hal keamampuan politiknya, karena mereka adalah pelaksana-pelaksana kebijakan,?kata Abdillah

Dirikan PAN

Bersama pimpinan partai lainnya seperti Amin Rais, AM Fatwa, Bambang Sudibyo dan Hatta Rajasa, politikus ini mempunyai visi dan tujuan bersama dalam melihat perkembangan dan memanjukan demokrasi di Tanah Air.

Disaat rekan partainya telah duduk dalam jabatan pimpinan lembaga negara dan menteri, namun politisi kelahiran Solo, 29 April 1942 ini tetap berkutat sebagai anggota Komisi I DPR RI. Hal itu tidak dijadikan suatu masalah karena baginya setiap pekerjaan adalah ibadah yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

Pria bertubuh tegap dan berkaca mata ini telah lama ingin menjadi politikus, namun kondisi era orde baru saat itu tidak memungkinkan dirinya untuk mewujudkan keinginannya. Setelah era reformasi yang dimotori Amin Rais berhasil berjalan, keinginan itu diwujudkannya melalui wadah Partai Amanat Nasional.

Sebagai Ketua BKSAP DPR RI, dirinya tidak bosan-bosan selalu menyerukan akan pentingnya diplomasi parlemen. Menurutnya di negera-negara maju yang menganut paham demokrasi, antara hubungan internasional dan hubungan diplomasi tidak cukup dilakukan antara eksekutif dengan eksekutif, namun parlemen dapat melakukan peran diplomasi termasuk Indonesia.

Abdillah Toha menilai parlemen di negara-negara demokrasi mempuyai peran besar, contohnya adalah ketika Presiden Bush mengatakan embargo senjata Indonesia tidak diperlukan lagi, parlemennya dengan berani menolak memberi dukungan atas keputusan tersebut. ?Jadi hanya hubungan menteri luar negeri dengan menteri luar negeri,? tegasnya.

Lebih lanjut Abdillah mengatakan, diplomasi parlemen sangat penting sekali terutama di negera-negara demokratis, kecuali Singapura. Parlemen di Singapura menurutnya kurang berjalan sesuai tugas dan fungsinya, sehingga apabila kita melakukan lobby ke parlemen Singapura tidak ada gunanya. Hal itu berbeda dengan melakukan lobby ke parlemen negara lain seperti India, Jepang, Filipina.

Nasionalisasi Perlu Keberanian

Pikiran Abdillah yang cemerlang tampak ketika pria yang berpenampilan bersahaja ini mengemukakan pandangannya mengenai perkembangan ekonomi. Politisi pemilihan Banten II berpendapat dalam membangun perekonomian nasional, kita selalu dibayangi ketakutan jika memusuhi negara-negara besar akan berdampak investor enggan berinvestasi.

Padahal, menurut Abdillah hal tersebut diatas tidak benar, karena jika insfrakstruktur baik, birokrasi lancar maka para investor asing akan datang sendiri. ?Dalam paham kapitalisme, materi (uang) tidak punya idelogi,? tegasnya.

Abdillah mencontohkan negara Malaysia, dimana Perdana Menteri Mahatir Muhammad bisa dengan keras menentang negara-negara besar terutama Amerika Serikat dalam kebijakan luar negerinya, tetapi para investor tetap mau berinvestasi di negara tersebut. ?Inikan soal mental pemerintah,? katanya.

Politikus yang juga memiliki penerbit Mizan inipun berharap negara-negara Asean tidak boleh selalu bergantung kepada Amerika. Ia bahkan menyarankan agar membentuk cadangan baru yang tak bergantung dengan Dollar.

Abdillah kembali mencontohkan negara Venezuela yang telah melakukan Nasionalisasi terhadap perusahaan minyaknya dan langkah negara tersebut tidak membuat pergi para pemilik modal asing.

Langkah nasionalisasi yang dilakukan Venezuela tersebut karena mereka telah dibohongi pemodal asing (kapitalis) yang mengatakan bahwa biaya produksi minyak mentah 20 Dollar/barel,?jelas Abdillah.

Ia menerangkan, karena merasa dibohongi, akhirnya pemerintah Venezuela mengambil alih perusahaan minyak tersebut dan diketahui ternyata biaya produksi (cost production) hanya 6 Dollar/barel.

Dari contoh tersebut, Abdillah berharap pemerintah Indonesia dapat timbul keberanian untuk melakukan nasionalisasi perusahaan termasuk minyak. Karena dimata perusahaan asing, Indonesia merupakan negara dengan pangsa pasar yang begitu besar.

Sebab kebohongan kaum kapitalis itu juga dilakukan di Indonesia,? tegas Abdillah seraya menyebut perusahaan raksasa penambang emas di Papua, yang menurutnya telah melakukan kebohongan serupa.

Menjadi Anggota Dewan

Ketika ditanya mengenai posisinya sebagai anggota DPR yang mewakili suara rakyat, pria yang hobi bermain golf, tennis, membaca buku, nonton film dan mempunyai koleksi film cukup banyak ini menjawab, bahwa menjadi anggota DPR bukanlah karunia melainkan amanah.

Sebenarnya, ia pernah berkesempatan menjadi anggota DPR pada Pemilu 1999, namun karena masih berkeinginan menjadi ?penjaga gawang? di PAN, Komisaris Utama Penerbit Mizan itu baru bersedia dicalonkan sebagai anggota DPR pada Pemilu 2004 ini.

Sebagai wakil rakyat, suami dari Ning Salmah dan ayah dari 3 orang putra dari Riza, Karima dan Nadia yang semuanya telah berumah tangga ini menilai menjadi anggota dewan sangat penting sekali, karena ikut dalam menentukan kebijakan untuk masyarakat sebagaimana yang menjadi obsesinya.

Namun kadang-kadang ia berpikir dalam hati, bahwa berpolitik ini bukan tempatnya, karena jika tidak hati-hati dapat tergerus erosi nurani, serta dapat dapat mengeser prinsip.

Ia berharap, menjadi anggota dewan harus terdiri dari orang-orang pintar, jujur dan amanah dalam melaksanakan tugas kedewanannya, waras dalam arti memahami mekanisme kedewanan dalam memberikan gagasan di depan rapat-rapat, serta tak lupa pada kesejahteraan rakyat yang memilih mereka.

Mengenai motivasinya menjadi anggota DPR, Abdillah menjelaskan bahwa sebagai orang yang sudah memasuki arena politik, satu-satunya jalan untuk menyalurkan aspirasi rakyat adalah dengan menjadi wakil rakyat, terutama aspirasi mayoritas, yakni rakyat kecil.

Berbicara kontribusi yang akan diberikannya sebagai wakil rakyat, Abdillah yang pernah aktif berorganisasi di sekolah saat menjadi mahasiswa di Australia. Ia pernah menjadi presiden dari Australia Indonesia Asosation, Presiden dari persatuan mahasiswa di Australia mengatakan ada tiga persoalan yang mesti segera diselesaikan, Pertama dan menjadi sumber masalah adalah penegakan hukum.

Apabila hal ini dilakukan, diharapkan dapat mengatasi masalah lain, seperti pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme, mengurangi kebocoran negara guna meningkatkan anggaran pendidikan dan kesehatan masyarakat,?ujarnya.

Kedua, mendorong perlunya dilakukan affirmative action oleh pemerintah kepada masyarakat kecil seperti petani dan nelayan. Abdillah mencontohkan proses pembangunan di Taiwan yang sangat mendukung pengusaha kecil dan menengah. Ketiga, masalah utang luar negeri, dan Keempat, memperkuat civil society.

Karena alasan tersebut, maka obsesi yang sangat diinginkannya adalah untuk ikut serta menyumbangkan sesuatu kepada negara, agar maju, besar dan rakyatnya makmur, serta bertekad menghabiskan sisa umurnya untuk melakukan pengabdian terhadap bangsa dan negara Indonesia tercinta.
sumber: dpr.go.id

< Kembali ke daftar >