Bahasa:
INDONESIA ENGLISH
BERANDA PETA SITUS PEMUTAKHIRAN Cari
 
 

 

SOEHARTO

Masa Bakti 1966 - 1998

 
     
 
 

KENDALI TAMPILAN CANTUMAN

KEPUSTAKAAN TERKAIT PRESIDEN

PRESIDEN-PRESIDEN RI

Soekarno
Masa Bakti 1945-1966
Soeharto
Masa Bakti 1966-1998
BJ. Habibie
Masa Bakti 1998-1999
Abdurrahman Wahid
Masa Bakti 1999-2001
Megawati Soekarnoputri
Masa Bakti 2001-2004
Susilo B. Yudhoyono
Masa Bakti 2004-2014
Joko Widodo
Masa Bakti 2014-
 

PEJABAT KABINET

Detail cantuman
< Kembali ke daftar >
Nama

:

Burhanuddin Mohammad Diah

Gender

:

Laki-Laki

Tempat Lahir

:

Kutaraja (Banda Aceh),

Tanggal Lahir

:

7 April 1917

Riwayat Hidup

:

-HIS di Kutaraja (Aceh)

-Taman Siswa di Medan

-Sekolah Dagang Middlebaar National Handel Collegium di Bandung

-Sekolah Tinggi Ekonomi Pertikelir di Bandung

-Sekolah Jurnalistik Ksatria Institut Dr. E.E. Douwes Dekker di Bandung

Riwayat Karir

:

-Sekretaris pribadi Douwes Dekker

-Wartawan Sinar Deli, Medan

-Millimeter Vreter pada harian Sin Po (1938)

-Penerjemah dan pembantu Kantor Penerangan Konsul Jenderal Inggris

-Menerbitkan majalah Percaturan Dunia dan Film

-Pemimpin redaksi harian Asia Raya (1945)

-Mendirikan harian Merdeka dan menjadi anggota KNIP (1945)

-Duta Besar untuk Cekoslovakia, Inggris, dan Muangthai (1959-1968)

-Menteri Penerangan RI (1968)

-Ketua Umum PWI (1970)

-Menerbitkan majalah berita mingguan Ekspres (1970) dan Topik (1972)

-Surat Kabar Jurnal Ekuin (1981)

-Dewan Pembina PWI Pusat (1973-1983)

-Ketua Harian Dewan Pers (1981)

-Penasihat PWI Pusat (1983-1988)



Kegiatan Lain : Presiden Direktur Hyatt Aryaduta Hotel

Alamat Rumah : Jalan Diponegoro 61, Jakarta Pusat





Burhanuddin Mohammad Diah atau B.M. Diah (lahir di Kutaraja, yang kini dikenal sebagai Banda Aceh, 7 April 1917 - Jakarta, 10 Juni 1996) adalah seorang tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha Indonesia. Nama asli B.M. Diah yang sesungguhnya hanyalah Burhanuddin. Nama ayahnya adalah Mohammad Diah, seorang pegawai pabean di Aceh Barat yang kemudian menjadi penerjemah. Ia kemudian menambahkan nama ayahnya kepada namanya.



Burhanuddin menjalani pendidikannya di HIS, kemudian melanjutkan ke Taman Siswa di Medan. Keputusan ini diambilnya karena ia tidak mau belajar di bawah asuhan guru-guru Belanda. Pada usia 17 tahun, Burhanuddin hijrah ke Jakarta dan belajar di Ksatriaan Instituut (sekarang Sekolah Ksatrian). Burhanuddin memilih jurusan jurnalistik dan disana ia banyak belajar tentang bidang kewartawanan.



Setelah tamat sekolah, Burhanuddin kembali ke Medan dan menjadi redaktur harian Sinar Deli. Tidak lama bekerja di Medan, karena satu setengah tahun kemudian ia kembali ke Jakarta dan bekerja di harian Sin Po sebagai tenaga honorer. Lalu ia pindah ke Warta Harian dan tujuh bulan kemudian koran tersebut dibubarkan karena dianggap membahayakan keamanan. Burhanuddin kemudian mendirikan usahanya sendiri, bulanan Percaturan Dunia.



Setelah tentara Jepang datang dan menjajah Indonesia, Burhanuddin bekerja di Radio Hosokyoku sebagai penyiar siaran bahasa Inggris. Namun pada saat yang sama ia pun merangkap bekerja di Asia Raja. Pada akhir September 1945, setelah diumumkannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia bersama sejumlah rekannya berusaha mengambil alih percetakan Jepang "Djawa Shimbun" yang menerbitkan Harian Asia Raja (surat kabar). Tentara Jepang yang menjaga percetakan tidak melawan, bahkan menyerah.



Pada tanggal 1 Oktober 1945, B.M. Diah mendirikan Harian Merdeka (surat kabar) dan menjadi pemimpin redaksi. Ia memimpin surat kabar ini hingga akhir hayatnya, meskipun lebih banyak menangani PT. Masa Merdeka, penerbit Harian Merdeka.



Pada bulan April 1945, Burhanuddin mendirikan koran berbahasa Inggris, Indonesian Observer. Ketika pemerintah Orde Baru memutuskan untuk mengubah sebutan Tionghoa menjadi Cina dan Republik Rakyat Tiongkok menjadi Republik Rakyat Cina, Harian Merdeka bersama Harian Indonesia Raya menjadi satu-satunya pers yang gigih tetap mempertahankan istilah Tionghoa dan Tiongkok.



Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1959, B.M. Diah menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk Cekoslowakia dan Hongaria. Kemudian ia dipindahkan ke Inggris, lalu ke Thailand. Periode tahun 1966-1968 ia menjabat menteri penerangan. Setelah itu, ia menjadi anggota DPR dan anggota DPA.



Di usia tuanya, B.M. Diah mendirikan hotel Hyatt Aryadutta di Jakarta. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Presiden Direktur PT. Masa Merdeka dan Wakil Pemimpin PT. Hotel Prapatan Jakarta.



Karena perjuangan dan jasa-jasanya bagi negara, B.M. Diah dianugerahi tanda jasa dan penghargaan Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Soeharto (10 Mei 1978), Piagam penghargaan, dan Medali Perjuangan Angkatan 45 dari Dewan Harian Nasional Angkatan 45 (17 Agustus 1995)

B.M. Diah meninggal dunia di Jakarta, 10 Juni 1996. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan

Jabatan Dalam Kabinet

:

  1. Menteri Penerangan dalam kabinet Ampera II masa kerja 17 Oktober 1967 - 6 Juni 1968

Keterangan Tambahan

:

[Data tidak dicantumkan]

Lampiran Foto :

< Kembali ke daftar >