Bahasa:
INDONESIA ENGLISH
BERANDA PETA SITUS PEMUTAKHIRAN Cari
 
 

 

JOKO WIDODO

Masa Bakti 2014 -

 
     
 
 

KENDALI TAMPILAN CANTUMAN

KEPUSTAKAAN TERKAIT PRESIDEN

PRESIDEN-PRESIDEN RI

Soekarno
Masa Bakti 1945-1966
Soeharto
Masa Bakti 1966-1998
BJ. Habibie
Masa Bakti 1998-1999
Abdurrahman Wahid
Masa Bakti 1999-2001
Megawati Soekarnoputri
Masa Bakti 2001-2004
Susilo B. Yudhoyono
Masa Bakti 2004-2014
Joko Widodo
Masa Bakti 2014-
 

PEJABAT KABINET

Detail cantuman
< Kembali ke daftar >
Nama

:

Anindyati Sulasikin Murpratomo

Gender

:

Perempuan

Tempat Lahir

:

Jakarta,

Tanggal Lahir

:

18 April 1927

Riwayat Hidup

:

- HIS (1940)

- Frobel Kweekschool (1944)

- SMA, di Jakarta (1951)

- Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1956)

- UN Asian Institute Training on Social Development and Planning (1970)

Riwayat Karir

:

Laporan: Haris Fadilah



Meski usianya sudah mulai senja, yakni 80 tahun, namun semangat hidup serta perjuangannya untuk membela dan mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan terus berkobar. Bahkan dalam setiap penampilannya ia selalu mengenakan kain kebaya yang merupakan ciri khas kebudayaan bangsa Indonesia, agar tidak tergerus oleh arus modernisasi yang begitu cepat perkembangannya.



Tokoh kita kali ini agaknya patut dicontoh oleh perempuan Indonesia. Kegemarannya memakai kain kebaya dalam setiap penampilannya bukan hanya di dalam lingkup nasional, tapi juga dalam setiap pertemuan internasional. Hal ini dimaksudkan agar dunia internasional tahu, atau minimal mengenal salah satu jenis kebudayaan yang ada di Indonesia.

Siapa lagi kalau bukan Sulasikin Murpratomo, yang bernama lengkap Anindyati Sulasikin Murpratomo. Wanita satu ini tergolong tekun dan pekerja keras terutama dalam menjalankan berbagai aktivitas yang diembannya, tidak heran kalau berbagai jabatan baik dalam struktur pemerintahan maupun organisasi sosial dan politik pernah disandangnya mulai dari Anggota DPR/MPR, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung dan berbagai jabatan lainnya.

Diusianya yang tidak muda lagi, kesibukan wanita kelahiran Jakarta, 18 April 1927 ini, lebih banyak dalam organisasi sosial kemasyarakatan. Antara lain mengurusi Yayasan Amal Bakti Ibu (YABI) yang didirikan bersama teman-temannya. Ini merupakan tabungan akhirat saya, katanya.

Terbentuknya YABI, sebenarnya berawal dari kerisauan hati saya melihat begitu banyak kekerasan di ruang publik dengan menggunakan alasan etnis, ras, suku, dan agama. Melalui YABI, saya membuat kegiatan yang mengajarkan budaya damai kepada anak-anak usia taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD).

Kegiatan ini melatih guru TK, SD, pesantren, dan ibu-ibu untuk mengajarkan ke murid dan anak-anak konsep hidup damai antar suku, etnis, agama, lapisan sosial, cinta tanah air, kebersamaan, dan tolong menolong. Untuk anak TK melalui tari dan nyanyi, sedangkan untuk usia SD ditambah menggambar bersama. Kami sudah memiliki modul sendiri, katanya.

Saat ini YABI telah berada didelapan provinsi, di antaranya Provinsi di Jawa, Sulawesi dan Kalimantan yang bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional untuk melatih ribuan guru yang ada di daerah tersebut. Kami biasanya juga memberi beasiswa, tetapi belakangan tidak ada dana, tutur Sulasikin, sambil mengajak tokoh masyarakat dan perguruan tinggi lintas agama terlibat dalam YABI.



Bagai air

Selama ini orang mengenal Sulasikin sebagai Menteri Negara Urusan Peranan Wanita (Meneg UPW) periode tahun 1988-1993, setelah pada periode sebelumnya sempat menggantikan Lasijah Sutanto. Dia juga dikenal sebagai Wakil Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar (1998-2003) dan menjabat sebagai Ketua Umum DPP Kowani (1978-1983, 1983-1988).

Perjalanan hidup Sulasikin tidak mengikuti pola tertentu. Ayahnya yang pejabat di Kementerian Agama menginginkan Sulasikin menjadi guru walaupun sebetulnya ia ingin kuliah hukum dan menjadi Mester in deRechten.

Setamat Frobel Kweekschool tahun 1945, pada usia 18 tahun, orang tuanya, R Hardodipuro dan Rd Nganten Iskiatin mendorong Sulasikin menikah dengan R Moerpratomo yang masih kerabat. Kepatuhan pada orang tuanya membuat dirinya menerima pernikahan itu meskipun dia mempertanyakan pernikahannya yang mengikuti pola tradisional suami mencari nafkah dan istri mengurus rumah tangga.

Keadaan berubah ketika ayah Sulasikin meninggal tahun 1948. Ibu, kakak, dan empat adiknya tinggal bersama Sulasikin. Kemudian tiga anak pun terlahir setelah anak pertamanya meninggal pada usia enam bulan.

Meskipun harus membagi waktu antara bekerja sebagai guru TK dan mengurus anak-anak dengan bantuan ibunya, Sulasikin ingin menggapai mimpi lama, kuliah dan menjadi sarjana.

Ia bersekolah lagi menamatkan SMA dan belajar sastra Inggris di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI). Pada tahun 1952 itu pula dia mulai terjun ke dunia perjuangan perempuan dengan masuk ke Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari) Ranting Senen. Perjuangan ini ia teruskan ketika bergabung dalam Golkar dan saat menjabat Menneg UPW.

Kebutuhan ekonomi yang tidak dapat dicukupi dari penghasilan suaminya yang pegawai negeri mendorong Sulasikin mencari kerja. Dana Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk anak (Unicef) menerimanya. Bukan hanya mendapat penghasilan lumayan, Unicef juga melatihnya membuat perencanaan, anggaran, egvaluasi dan pemantauan. Di situ dia juga memahami birokrasi Departemen yang jadi mitra Unicef.

�Karena itu ketika saya diangkat sebagai Menteri UPW dan ada yang meragukan pengetahuan saya mengenai birokrasi, saya diam saja. Kemudian baru mereka mengakui,� kata Sulasikin yang bekerja di Unicef selama 25 tahun.

Sumbangan penting ketika menjabat sebagai Menneg UPW antara lain mendirikan Pusat Studi Wanita (PSW) di berbagai perguruan tinggi seluruh Indonesia, menambah PSW yang ada di UI dan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pengalaman di Unicef membuat analisis data untuk memahami suatu keadaan ia terapkan di Kementerian UPW. Berbagai riset tentang perempuan ia sajikan kepada presiden untuk menunjukkan ketertinggalan perempuan.

Strategi lain yang dilakukan adalah merangkul mereka yang memiliki posisi pengambil keputusan untuk membantunya, anatar lain Bappenas dan Departemen Keuangan. Alhasil anggaran departemennya yang waktu itu semula hanya Rp 272 juta, sama besar dengan anggaran direktorat departemen lain, naik 300 persen,� katanya.

Karena tidak punya kepanjangan tangan di daerah, ia merangkul Departemen Dalam Negeri dan menjadikan Wakil Gubernur sebagai Ketua Tim Pengelola Peningkatan Peranan Wanita dan Sekwilda sebagai Ketua Tingkat Kabupaten. �Kalau yang memerintahkan Wakil Gubernur, instansi lain pasti segan,� alasan Sulasikin.

Tentang energinya yang seakan tidak pernah habis, Sulasikin mengatakan, itu karena nasihat ibunya untuk kerja keras, lebih baik memberi dari pada menerima, dan memberi pun yang banyak, juga bersyukur dan kasih kepada sesama.

Resep awet sehatnya adalah sejak muda ia tidak pernah tidur siang dan selalu makan sekadarnya. Puasa Senin-Kamis, mutih (hanya makan nasi putih tanpa bumbu dan lauk serta minum air putih) serta puasa hanya makan buah dan sayur adalah bentuk tirakat rutin.

Saya tidak pernah menyerah, bila sudah saya putuskan, akan saya usahakan sampai berhasil, katanya. Dan Sulasikin selalu berbuat sesuai yang ia ucapkan dan itu sudah ia buktikan dalam 80 tahun usianya. RIS



Pendidikan :

- Holands Inlandsche School (1941)

- Frobel Kweek School (1945)

- Sekolah Menengah Atas (1950)

- Fakultas Sastra UI (1956)

- Pelatihan di UN Asian Institute Training on Social Development and - Planing (1970)



Karier :

- Guru TK, SD, SMA (1945-1956)

- Wakil Ketua Cabang Perwari Matraman (1953-1956)

- Program Officer Unicef (1958-1983)

- Ketua Umum DPP Kowani ( 1978-1988 dua priode)

- Anggota DPR/MPR (1982-1987)

- Meneg Urusan Peranan Wanita Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) dan Kabinet Pembangunan V (1988-1993)

- Ketua DPP Golkar ( 1983-1988)

- Wakil Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar (1998-2003)

- Ketua Umum Yayasan Amal Bakti Ibu (YABI)

- Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung ( 1998-2003)

- Pendiri dan Presiden pertama ASEAN Confederation of Women Organisation.



Jabatan Dalam Kabinet

:

  1. wakil menteri 1 dalam kabinet kabinet wakil menteri masa kerja 5 tahun

Keterangan Tambahan

:

[Data tidak dicantumkan]

Lampiran Foto :

< Kembali ke daftar >