Bahasa:
INDONESIA ENGLISH
BERANDA PETA SITUS PEMUTAKHIRAN Cari
 
 

 

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Masa Bakti 2004 - 2014

 
     
 
 

KENDALI TAMPILAN CANTUMAN

KEPUSTAKAAN TERKAIT PRESIDEN

PRESIDEN-PRESIDEN RI

Soekarno
Masa Bakti 1945-1966
Soeharto
Masa Bakti 1966-1998
BJ. Habibie
Masa Bakti 1998-1999
Abdurrahman Wahid
Masa Bakti 1999-2001
Megawati Soekarnoputri
Masa Bakti 2001-2004
Susilo B. Yudhoyono
Masa Bakti 2004-2014
Joko Widodo
Masa Bakti 2014-
 

KELUARGA

Detail cantuman
< Kembali ke daftar >
Nama :

Kristiani Herrawati Yudhoyono

Hubungan :

Istri

Riwayat Singkat :

foto Kristiani Herrawati Yudhoyono Kristiani Herrawati Yudhoyono, Sebagai pendamping Presiden Republik Indonesia kelahiran Yogyakarta, 6 Juli 1952 bersuamikan Susilo Bambang Yudhoyono yang menikah di Jakarta, 30 Juli 1976. Putri dari Jenderal (Purn) TNI Sarwo Edhie Wibowo (Alm).

Mempunyai dua putra yaitu: Agus Harimurti Yudhoyono, Letnan Satu Infantri dan Edhie Baskoro Yudhoyono, pendidikan Sekolah Bisnis S-2 di Australia

Menjadi Ibu Negara 2004-2009 dan 2009-2014, Pendidikan terakhir Fakultas Kedoteran Universitas Kristen Indonesia (FK-UKI) Jakarta.

Karir politik Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, alamat rumah di Jalan Alternatif, Puri Cikeas Indah, Cibubur, Jakarta Timur.

Kristiani Herrawati lahir, dibesarkan dan berkeluarga di lingkungan para perwira militer, kemudian diperkaya dengan jabatan politik sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, telah memberi bekal kepada Ibu Negara (The First Lady) ini sebagai pendamping yang sepadan bagi suaminya, Susilo Bambang Yudhoyono, menjalankan pengabdian sebagai Presiden RI (2004-2009).

Dia, Kristiani Herrawati, diyakini akan berperan baik sebagai isteri dan mitra bagi SBY. Bahkan akan mampu berperan sebagai mata dan telinga bagi sang presiden pilihan rakyat itu. �Kalau saya diminta menjadi mitra, suatu saat suami ingin mendengar masukan-masukan dari saya, tentu akan saya berikan. Tetapi, keputusan tetap ada di Bapak,� kata Ibu Negara kelahiran Yogyakarta 6 Juli 1952 itu.

Dia juga menegaskan sikapnya bersama SBY yang sejak dahulu tidak suka ber-KKN. �Mudah-mudahan saat Bapak jadi presiden, tak melakukannya. Sebab kalau kami tidak suka melihat orang lain melakukannya, kami pun tidak boleh melakukannya,� kata puteri Mayor Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo itu.

Kisah Bertemu SBY
Dalam suatu kesempatan Kristiani Herrawati atau biasa dipanggil Ani sedang menjalani masa libur kuliah lalu pergi menemui ayahnya Mayor Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo ke Magelang, Jawa Tengah. Sarwo Edhie mantan Komandan Jenderal Resimen Para Komando Angkatan Darat (Danjen RPKAD), korps yang pernah mendapatkan tugas membersihkan pelaku pemberontakan G 30S/PKI, ketika itu sedang mengemban tugas sebagai Gubernur Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) Magelang, Jawa Tengah.

Ani kelahiran Yogyakarta 6 Juli 1952 putri ketiga yang paling disayangi Sarwo Edhie memilih menetap di Jakarta tidak ikut ayah dan ibunya bermukim di Magelang, dengan maksud untuk menyelesaikan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (FK-UKI), Jakarta.
Pada sisi lain seorang taruna bernama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sedang duduk di tingkat empat dan menjabat sebagai Komandan Divisi Korps Prajurit Taruna (Dankorpratar) Akabri, Magelang, harus menghadap dan melapor ke Sang Gubernur Akabri, Mayor Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo. Dilaporkan sebuah acara taruna akan berlangsung di Balai Taruna Akabri Magelang. Gubernur Akabri diminta oleh Komandan Divisi Korps Taruna kelahiran Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949 tersebut hadir untuk memberikan kata sambutan peresmian Balai Taruna Akabri tersebut.

Bagi orang rumah seperti istri Sarwo Edhie, nama dan wajah Susilo Bambang Yudhoyono sudah sangat familiar. Pemuda santun dan ramah serta berpostur tinggi kekar yang kerap berkunjung ke rumah Gubernur ini telah berhasil �merebut� hati istri Sarwo Edhie. �Ibu saya lebih dulu kenal karena dia sering main ke rumah di Magelang. Ibu jatuh sayang kepadanya, mungkin karena perilakunya yang santun," tutur Ani.

Ketika harus menghadap menyampaikan laporan itulah pandangan mata dan hati antara Susilo dan Ani tak terhindarkan. Jantung Susilo berdetak kencang dan pipi Ani tersipu malu. Keduanya menyempatkan diri berkenalan dilanjutkan pembicaraan singkat di tengah-tengah acara peresmian balai taruna.

�Dia dewasa sekali,� kenang Ani tentang pria muda berpostur tinggi besar yang tampak gagah berpakaian dinas taruna sehingga memikat hatinya. Ani adalah wanita muda berparas cantik. Susilo ingin mengenal Ani lebih dekat. �Itu, saya kira jalan Tuhan,� sebut Susilo Bambang Yudhoyono mengenang pertemuan pertama mereka.

Hubungan kedua sejoli kian dekat. Ani tetap memilih tinggal menetap di Jakarta. Tahun 1973 Ani sudah mencapai jenjang pendidikan tingkat tiga di FK-UKI. Dengan Susilo yang masih taruna di Magelang Ani merajut tali kasih melalui surat-menyurat. Berpuluh-puluh surat berikut puisi karya Susilo, yang kata Ani begitu romantis, pernah mampir di rumahnya Jalan Flamboyan, Jakarta. Nama jalan yang pernah menjadi judul sebuah puisi Susilo. Isi puisi �Flamboyan� hingga kini masih dihafal betul oleh Ani.

�Mungkin, waktu itu sedang mekar bunga flamboyan, sehingga ia ingat seseorang yang ada di Jalan Flamboyan,� kata Ani mencari sebab mengapa Susilo memberi judul puisi demikian, tanpa mau menjelaskan mengapa masih dan hanya ingat judul Flamboyan itu.

Ketika Sarwo Edhie ditugaskan menjadi Duta Besar RI di Korea Selatan, berkedudukan di Seoul, kali ini Ani memilih ikut jejak sang ayah menetap di Seoul. Untuk memelihara tali kasihnya dengan Susilo pada Februari 1974 sebelum berangkat ke Seoul Ani dan Susilo menyempatkan diri bertunangan. Ketika satu setengah tahun kemudian Ani sudah kembali berada ke tanah air ingin hendak menikah Susilo justru sedang tugas belajar pendidikan Airborne dan Ranger di Amerika Serikat. Barulah setelah Susilo pulang dari pendidikan kedua sejoli pada 30 Juli 1976 sepakat membina rumahtangga baru.

Pernikahan Ani dengan Susilo unik. Mereka menikah dalam satu ruang dan waktu yang sama dengan seorang kakak dan seorang adik Ani, berlangsung di Hotel Indonesia Jakarta. Pertama adalah pasangan kakaknya Wrahasti Cendrawasih dengan Jenderal Erwin Sudjono, kedua pasangan Kristiani Herrawati dengan Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono, dan ketiga pasangan adiknya Mastuti Rahayu dengan Jenderal Hadi Utomo. Pengunjung hotel berikut tamu-tamu hotel warga asing menyaksikan prosesi tiga pernikahan berlangsung sekaligus seperti layaknya sebuah parade. Ketiga menantu Sarwo Edhie itu adalah sama-saman mantan taruna Akabri yang berhasil mencapai pangkat berbintang.

Tiga pesta pernikahan saudara sekandung berlangsung sekaligus adalah pilihan Sarwo Edhie, seorang jenderal petinggi bangsa yang memilih sikap hidup sangat sederhana. Sebagai duta besar di negeri asing Sarwo Edhie merasa enggan bila tiap tahun harus minta izin pulang ke tanah air untuk menikahkan satu persatu putrinya. Sementara, mempersilakan putri yang lebih muda menikah lebih dahulu dianggap Sarwo sesuatu yang tabu. Ani, mengulang penjelasan dan pertimbangan Sarwo Edhie ketika itu, �Rasanya tidak enak kalau meminta izin ke presiden untuk pulang setiap tahun mengawinkan anak. Sementara untuk menikahkan yang lebih muda dulu, Bapak tidak mau. Tabu, katanya.�

Nama penuh makna
Sebagai putri kesayangan nama Kristiani Herrawati ditabalkan sendiri oleh Jenderal Sarwo Edhie Wibowo. Inspirasinya berasal dari cerita pewayangan, dunia yang disukai Sarwo. Ani lahir di Yogyakarta 6 Juli 1952 persis pada saat Sarwo sedang bertugas di Batalyon Kresna. Jika diberi kepada putri ketiganya itu nama Kresna atau Kresno, rasanya tidak cocok. Sarwo lalu memikirkan nama Kresnowati yang juga dirasakan tidak sreg, atau kata Ani lucu, mengulang pendapat ayahnya.

Terakhir kali muncullah nama Kristiani. Nama ini sempat dijadikan komoditas kampanye negatif sebab Kristiani Herrawati diisukan beragama Nasrani, terkait dengan namanya Kristiani yang memang identik dengan agama Nasrani. Tentang tambahan nama Herrawati, kata Ani, menurut ayahnya mempunyai arti penting sebagai �Angin besar yang bisa menyapu bersih kalau terjadi huru-hara�.

Lima hari setelah menikah Ani segera diboyong Susilo Bambang Yudhoyono ke asrama Batalyon 330 di Dayeuh Kolot, Bandung. Ani hendak diperkenalkan Susilo sebagai istri kepada keluarga besar Brigade Infanteri (Brigif) Lintas Udara (Linud) 17 Kostrad. Susilo keika itu sedang menjabat Komandan Peleton 3, Kompi A, Yonif Linud 330. Pada hari itu juga Susilo mendapat perintah bertugas ke Timor Timur (Timtim), menyusul sejumlah anggota pasukan yang tergabung dalam Batalyon 305 yang sudah lebih dahulu berangkat. Ani nyaris disuruh pulang sendiri ke Jakarta jika saja tidak dicegah oleh protes kawan-kawan Susilo.

Persis seminggu setelah menikah Susilo berangkat ke medan tempur menunaikan tugas Operasi Seroja di Timor Timur, berangkat bersama Kapten Nico Tumatar dari Kopassus. Ani, sebagai putri seorang jenderal dapat memahami kepergian suami. Dia memang sudah siap jika harus ditinggal-tinggal pergi. Ani hanya merasa khawatir akan keselamatan suaminya di medan laga, sebab komunikasi diantara mereka terputus. Kekhawatiran semakin memuncak manakala mendengar kabar teman berangkat suaminya Kapten Nico Tumatar tewas di medan laga Timor Timur. Barulah beberapa bulan kemudian Susilo kembali dengan tanpa kekurangan suatu apa pun.

Sepuluh tahun kemudian kejadian sama masih berulang. Susilo berangkat ke daerah Timor Timur yang pada tahun 1986-1988 masih belum sepenuhnya aman. �No news is a good news,� atau jika tidak ada berita itu berarti adalah berita bagus, pesan Susilo, menenangkan hati istri untuk tidak perlu mengkhawatirkan keselamatan suami.

Ketika pada bulan Desember 1977 Herrawati diidentifikasi hamil. Susilo luar biasa senang. Susilo adalah anak tunggal alias semata wayang. Ada rasa takut padanya jika istrinya susah hamil. Rumahtangga harmonis itu akhirnya dikaruniai dua orang putra. Agus Harimurti Yudhoyono, kini seorang letnan satu infantri, dan si bungsu Edhie Baskoro Yudhoyono yang sedang menyelesaikan pendidikan sekolah bisnis S-2 di Australia.

Sebelum memutuskan sesuatu, keluarga Susilo selalu mengedepankan musyawarah. Susilo tak pernah mengambil keputusan apalagi jika tentang rumah tangga sebelum berbicara dengan istrinya. Kehidupan keluarga ini berjalan harmonis.

Aktif Berpolitik
Semakin dekat kepastian suaminya, yang berpasangan dengan Muhammad Jusuf Kalla melangkah ke Istana semakin tinggi pula tingkat kesibukan Kristiani Herrawati. Terlebih ia sendiri adalah Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, partai besutan baru namun segera sukses menggelembungkan popularitas suaminya.

�Saya masuk partai karena ingin meningkatkan kualitas SDM partai. Ini supaya Partai Demokrat bisa menjadi partai alternatif di masa depan,� kata Ani yang partainya berhasil meraih suara 8.455.225 suara atau 7,45% pada Pemilu Legislatif 5 April 2004, dan menempatkan Partai Demokrat meraih 57 kursi di DPR RI, terbesar kelima setelah Partai Golkar, PDI Perjuangan, PKB dan PPP.

Kesuksesan diulang pada Pemilu Presiden 5 Juli dan 20 September 2004 yang berhasil menggolkan suaminya sendiri, Susilo Bambang Yudhoyono berpasangan dengan Muhammad Jusuh Kalla sebagai peraih suara terbesar. Artinya, bersamaan itu pula Kristiani Herrawati terpilih sebagai the first lady di negara bependuduk 220 juta jiwa.

Sebagai wakil ketua umum partai, peran Ani adalah �mata dan telinga� Susilo untuk mengikuti perkembangan dan dinamika terbaru di Partai Demokrat. Jadwal Ani mulai padat mengikuti gerak suaminya. Dimana ada Susilo Bambang Yudhoyono di situ pula hampir selalu ada Kristiani Herrawati.

Ketika itu, Ani menyebutkan jika suaminya memang harus ke Istana maka ia akan tetap mengambil peran sebagai istri. �Tetapi, jika suatu saat saya dimintakan peran sebagai mitra, saya akan tampil sebagai mitra. Kalau saya diminta menjadi mitra, suatu saat suami ingin mendengar masukan-masukan dari saya, tentu akan saya berikan. Tetapi, keputusan tetap ada di Bapak,� kata Ani, perihal perannya sebagai the first lady melebihi Ibu Rumah Tangga Biasa atau wakil ketua umum partai.

Sebagaimana makna kata Herrawati dalam nama pemberian ayahnya, Ibu Negara ini sudah dan masih akan membuktikan diri sebagai penolong terhadap langkah karir politik suaminya. Sebagai misal, di setiap langkah politik Susilo menuju Istana termasuk ke daerah-daerah menemui konstituen, Ani adalah �konsultan� utama dalam memoles penampilan fisik SBY yang memberi hasil penampilan sportif, cair, trendy dan menarik perhatian setiap pemilih pemula demikan pula remaja putri dan ibu-ibu rumahtangga biasa.

Ani juga memperlengkapi suaminya dengan sejumlah vitamin untuk menjaga vitalitas dan determinasi fisik. Ketika suaminya berdialog dengan rakyat, Ani ikut sibuk mencatat kata demi kata setiap aspirasi warga, demikian pula janji-janji yang terlontar dari mulut sang suami jika kelak terpilih. �Suatu saat nanti saya ingin mengingatkan Bapak bahwa ini adalah keinginan masyarakat," ucap Ani.

Beragam peran sudah menunggu untuk dilakukan oleh Kristiani. Seperti dikatakan sang suami, yang dengan bijaksana menyebutkan, �Sebaiknya ia memberikan kontribusi yang cocok, bergiat untuk pendidikan dan pemberdayaan perempuan. Semua harus didengar, tapi tidak mencampuri keputusan.�

Lahir dan dibesarkan serta berkeluarga di lingkungan para perwira yang kemudian diperkaya dengan jabatan politik sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, telah memberi bekal kepada The First Lady terasah dan terampil menjalani kehidupan politik. Ani telah menjalani masa-masa pengujian perihal bakat, kemampuan dan talenta berpolitik yang tergolong unggul bila dibandingkan wanita-wanita lain, istri para politikus. Di lingkungan para petinggi Partai Demokrat, Kristiani sudah dikenal sebagai politisi yang berbobot.

Ketika suaminya bersama para kandidat capres dan cawapres lain pada hari pertama kampanye pemilu presiden putaran pertama sepakat berikrar dan menandatangani prasasti berbunyi �Siap Menang, Siap Kalah�, di Lapangan Monas, Jakarta 1 Juni 2004, Kristiani justru hadir di tengah-tengah ratusan kaum hawa yang berkumpul di sebuah restoran di kawasan Taman Ria Senayan, Jakarta.

Ketika acara ini dijambangi suaminya yang terjadi kemudian adalah, Susilo �diperebutkan� para kaum hawa tadi diajak untuk sekadar mengobrol, bersalaman, berfoto bersama, hingga meminta tanda tangan segala. Ani memang sengaja menelepon Susilo mengajak suaminya itu hadir di tengah-tengah para kaum hawa.

�Saya mengundang 100-an perempuan dari berbagai profesi untuk mengampanyekan program-program Bapak,� ujar Ani kepada para wartawan yang merubunginya. �Itu penting, supaya ibu-ibu jangan sampai membeli kucing dalam karung,� tambahnya.

Layaknya seorang politisi kawakan ketika itu Ani menyebutkan kalau kaum perempuan sangat menentukan dalam pemilu presiden dan wakil presiden. Karena jumlahnya lebih kurang 52%. �Karena itu, aspirasi kaum perempuan juga mesti diakomodasi, antara lain melalui SBY Women`s Fans Club,� papar Ani yang lincah menjawab pertanyaan wartawan, termasuk ketika diminta menggagas pendapat soal pemberantasan KKN.

�Sejak dahulu saya dan Bapak tidak suka ber-KKN. Mudah-mudahan jika Bapak jadi presiden, tak melakukannya. Sebab kalau kami tidak suka melihat orang lain melakukannya, kami pun tidak boleh melakukannya,� kata Kristiani Herrawati. ► e-ti/ht
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

































Foto Lainnya :

< Kembali ke daftar >