Detail biodata

Pejabat Menteri

Nama

: Dipa Nusantara Aidit

Gender

: Laki-Laki

Tempat Lahir

: Pulau Bangka

Tanggal Lahir

: 30 Juli 1923

Riwayat Hidup

: [Data tidak dicantumkan]

Riwayat Karir

: -Sekjen Partai Komunis Indonesia (PKI)

-Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI)

-Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) Kabinet Kerja III (1962-1963)

-Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) Kabinet Kerja IV (1963-1964)

-Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) Kabinet Dwikora I (1964-1966)



Dipa Nusantara Aidit, atau D.N. Aidit (Pulau Bangka, 30 Juli 1923 - 22 November 1965) adalah Ketua Central Comitte Partai Komunis Indonesia (CC-PKI). Di masa kecilnya ia mendapatkan pendidikan Belanda dari ayahnya Abdullah Aidit seorang pemimpin gerakan pemuda di Belitung dalam melawan kekuasaan kolonial Belanda dan setelah merdeka pernah menjadi anggota DPR (Sementara) mewakili rakyat Belitung. Abdullah Aidit juga pernah mendirikan sebuah perkumpulan keagamaan Nurul Islam yang berorientasi kepada Muhammadiyah.



Menjelang dewasa, Aidit mengganti namanya menjadi Dipa Nusantara Aidit. Dari Belitung, Aidit berangkat ke Jakarta, dan pada tahun 1940 ia mendirikan perpustakaan "Antara" di daerah Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat. Kemudian ia masuk ke Sekolah Dagang (Handelsschool). Ia belajar teori politik Marxis melalui Perhimpunan Demokratik Sosial Hindia Belanda (yang belakangan berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia).



Meskipun ia seorang Marxis dan anggota Komunis Internasional (Komintern), Aidit mengikuti paham Marhaenisme Soekarno dan membiarkan partainya berkembang tanpa menunjukkan keinginan untuk merebut kekuasaan. Sebagai dukungannya terhadap Soekarno, ia berhasil menjadi menjadi Sekjen PKI hingga Ketua. Di bawah kepemimpinannya PKI menjadi partai komunis ketiga terbesar di dunia, setelah Uni Soviet dan RRT. Ia mengembangkan sejumlah program untuk berbagai kelompok masyarakat, seperti Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia (BTI), dan Lekra.



Dalam kampanye Pemilu 1955, Aidit dan PKI berhasil memperoleh banyak pengikut dan dukungan karena program-program mereka untuk rakyat kecil di Indonesia. Dalam dasawarsa berikutnya, PKI menjadi pengimbang dari unsur-unsur konservatif di antara partai-partai politik Islam dan militer. Pada tahun 1965, PKI menjadi partai politik terbesar di Indonesia dan menjadi semakin berani dalam memperlihatkan kecenderungannya terhadap kekuasaan. Pada tanggal 30 September 1965, terjadilah tragedi nasional yang dimulai di Jakarta dengan diculik dan dibunuhnya enam orang jenderal dan seorang kapten. Peristiwa ini lebih dikenal sebagai Peristiwa G-30-S/PKI.



Pemerintah Orde Baru di bawah Jenderal Soeharto mengeluarkan versi resmi bahwa PKI adalah pelakunya dan sebagai pimpinan partai, Aidit dituduh sebagai dalang peristiwa ini. Tuduhan ini tidak terbukti, karena Aidit meninggal dalam pengejaran oleh militer ketika ia melarikan diri ke Yogyakarta. Ada beberapa versi tentang kematian Aidit. Menurut versi pertama, Aidit tertangkap di Jawa Tengah lalu dibawa oleh sebuah batalyon Kostrad ke Boyolali dan ditembak mati. Versi yang lain mengatakan bahwa ia diledakkan bersama-sama dengan rumah tempat ia ditahan. Hingga sekarang tidak diketahui di mana jenazahnya dimakamkan.





Jabatan Dalam Kabinet

:
  1. Wakil Ketua MPRS dengan Kedudukan sebagai Menteri dalam kabinet Kerja III masa kerja 6 Maret 1962 - 13 November 1963

  2. Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dalam kabinet Dwikora I masa kerja 27 Agustus 1964 - 22 Februari 1966

   
Lampiran Foto :