Bahasa:
INDONESIA ENGLISH
BERANDA PETA SITUS PEMUTAKHIRAN Cari
 
 

 

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Masa Bakti 2001 - 2004

 
     
 
 

KENDALI TAMPILAN CANTUMAN

KEPUSTAKAAN TERKAIT PRESIDEN

PRESIDEN-PRESIDEN RI

Soekarno
Masa Bakti 1945-1966
Soeharto
Masa Bakti 1966-1998
BJ. Habibie
Masa Bakti 1998-1999
Abdurrahman Wahid
Masa Bakti 1999-2001
Megawati Soekarnoputri
Masa Bakti 2001-2004
Susilo B. Yudhoyono
Masa Bakti 2004-2014
Joko Widodo
Masa Bakti 2014-
 

BIBLIOGRAFI

Detail cantuman
Kembali ke daftar
Pengarang utama

Irawan Saptono

Judul

Megawati Soekarnoputri : pantang surut langkah

Edisi

Cet.1

Bahasa

ind

Keterangan publikasi

Jakarta : ISAI, 1996

Deskripsi fisik

v, 176 hlm. ; 21 cm

Badan yang memiliki

JKPKTEM

Subjek

  1. Indonesia -- Politik dan pemerintahan
  2. Megawati Soekarnoputri, 1947-
  3. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Pengarang tambahan

  1. Lukas Luwarso

 
 
Anotasi

Kisruh di tubuh partai banteng, tampaknya belum menun jukkan tanda tanda akan berakhir. Penyerbuan kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia, yang menyebabkan ja tuhnya puluhan korban; pembakaran kantor dan bank; isu bom di ibukota dan tuduhan adanya penunggangan terhadap PDI, adalah beberapa isu yang menyita perhatian publik di tanah air. Awal Agustus 1996, gugatan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) terhadap penyelenggara "Kongres" Medan, mulai digelar. Drama di pengadilan itu, meskipun oleh berbagai kalangan dipandang dengan skeptis ?, tetap saja merupakan fenomena menarik. Sebab, ini pertama kalinya, seorang ketua partai yang resmi diakui, berani menggugat pejabat tinggi pemerintah. Dan, sang ketua itu adalah Megawati Soekarnoputri ? ibu rumah tangga yang sederhana ? tetapi oleh keadaan "dipaksa" memikul harapan banyak orang, untuk memimpin perubahan. Sebagian, barangkali, karena ia menyandang nama Soekarno, bapak bangsa yang masih menyimpan kharisma. Sayangnya, dalam perisitwa PDI dan Megawati, media massa sangat sulit bersikap independen. Berkali?kali pimpinan redaksi dikumpulkan ? baik oleh pejabat ABRI maupun sipil ? untuk dibrifing. Intinya, agar mereka mendukung Soerjadi dalam pemberitaan masing?masing. Bahkan, ada permintaan yang rasanya tak masuk akal, yakni ketika media massa diimbau untuk menyebut nama Megawati Soekarnoputri sebagai Mega wati Taufik Kiemas. Tekanan bertubi?tubi terhadap media, bu kan saja membuat berita tak berimbang, tetapi juga banyak informasi yang mestinya diketahui masyarakat, jadi tersumbat di laci redaksi. Sensor?diri para redaktur, muncul sangat kuat dalam menghadapi kasus PDI Buku ini ditulis, sebagai upaya agar informasi yang tersum? Bat itu mengalir lebih lancar. Selain, mencoba menampilkan persoalan PDI secara proporsional. Buku ini dibagi dalam enam bab, dengan enam box wawancara. Bab pertama bercerita tentang kongres Medan 1993 yang ricuh dan berbuntut dengan munculnya Megawati sebagai Ketua Umum PDI Selanjutnya, bab dua, berisi tentang berbagai goncangan yang dihadapi Mega sejak ia jadi Ketua Umum PDI Pertarungan terlama antara Mega dan lawan?lawannya, terjadi di Jawa Timur, hingga akhirnya wakil mereka di Panitia Pemilihan Daerah dikosongkan. Hal ini termuat dalam bab ketiga. Selanjutnya, bab ke empat, mengggambarkan perjuangan PDI Mega menghadapi rekayasa kongres dan dampaknya, ter masuk insiden 27 Juli 1996. Bab ini dilengkapi wawancara ketua PDI dukungan pemerintah Soerjadi, Sekretaris Jenderal PDI Alex Litaay dan pejabat Departemen Dalam Negeri Soetojo NK. Sedangkan bab ke lima, berisi telaah tentang peranan Megawa ti di pentas politik nasional. Putri sulung Bung Karno itu, oleh beberapa pengamat dinilai memiliki potensi menjadi pemimpin perubahan, seperti halnya Aung San Suu Kyi di Burma dan Benazir Bhutto di Pakistan. Setidaknya, ia telah menjadi simbol perlawanan politik rakyat. Bagian ini dilengkapi wawancara dengan anggota DPR Aberson M Sihaloho, pengamat politik Arbi Sanit dan Kassospol ABRI Letjen Syarwan Hamid. Dan se bagai penutup, bab ke enam, ditampilkan wawancara khusus dengan Megawati Soekarnoputri. la mengibaratkan perjalanan nya dengan PDI sebagai kapal yang terlanjur berlayar.

Foto sampul

Kembali ke daftar